Senin, 07 Maret 2016

Surat Cinta untuk PT KAI dari PJKA

Ini bukan membahas menjadi pegawai PT KAI yang kesejahteraannya semakin membaik. Surat cinta ini membahas tentang orang-orang yang setiap hari jumat, pulang dari Jakarta menuju kampung halamannya, rata rata Jawa tengah dan Yogyakarta dan harus kembali ke Jakarta pada minggu sore. Orang-orang ini merasa senasib, seperjuangan dan sepenanggungan pada akhirnya membentuk komunitas, dengan nama yang umum ialah PJKA ( Pulang JUmat Kembali Ahad ). Beberapa pengalaman ataupun curhatan anggota komunitas diantaranya : 
1. Selalu pesan tiket untuk 3 bulan yang akan datang





Kebijakan PT KAI untuk menjual tiket online 90 hari sebelum hari keberangkatan,    selalu di tunggu tunggu komunitas PJKA. Misalkan, tanggal keberangkatan 13 mei 2016 hari jumat, maka harus membeli di tanggal 13 Februari 2016 hari sabtu. Bayangkan, dengan kondisi internet HP yang tidak stabil karena berada di dalam kereta untuk perjalanan pulang harus berebut tiket online dengan banyak penumpang. Lengah sedikit, pukul 6pagi sudah kehabisan tiket untuk kereta api ekonomi. Apalagi tujuan Yogyakarta dan Jawa Tengah merupakan salah satu tujuan wisata, sehingga kami tidak hanya berebut dengan sesame anggota komunitas tetapi dengan para pelancong. Untuk beberapa orang, meminta orang lain untuk membeli tiket menjadi solusi alternatif agar tidak perlu repot repot memesan tiket. Dengan tambahan Rp 25,000, - untuk sekali PP perjalanan, di luar harga tiket.


 










2. Menunggu gogrokan ( Rontokan )
Ada kalanya para komunitas tidak bisa pulang di waktu waktu tertentu. Bila mereka membatalkan ke PT KAI, maka akan di potong 25% dan uang akan kembali satu bulan kemudian. Daripada uang hilang dan dikembalikan membutuhkan waktu, biasanya para anggpta akan menyebarkan informasi via jejaring sosial ke sesama komunitas untuk menjual tiketnya. Biasanya dijual seharga tiket, di tambah di pinjamkan KTP pemilik tiket, sebagai syarat kelengkapan pemeriksaan. Adakalanya lolos dari pemeriksaan, ada kalanya tidak lolos. Bila lolos akan bertemu keluarga, bila tidak lolos akan hangus uang yang dibayarkan.



3. Ga peduli nomor duduk di mana yang penting bisa tidur


Naik kereta ekonomi dengan sesama anggota PJKA butuh perjuangan. Dari peron,mata mata menngantuk banyak kita jumpai. Saat kereta mendekat mereka berebut. Orang biasa akan bertanya,ngapain berebut, toh udah ada nomor tempat duduk. Jangan salah, mereka berebut lantai, untuk tempat tidur. Biasanya akan di tandai dengan adanya Koran di tempat tempat tertentu. Ada juga yang tidur di kolong kursi, dengan risiko akan terantuk bagian bawah kursi yang terbuat dari besi. Mohon di maklumi saja, untuk orang biasa mungkin duduk di kereta selama 8,5-10 jam bukanlah masalah. Sedangkan kami, yang harus menempuh waktu perjalanan itu setiap minggu dengan rentang waktu yang lama, tentunya akan menguras energy. Harapan kami dengan tidur di kereta, akan banyak waktu yang kami gunakan untuk bertatap muka dengan keluarga.

4. AC yang tidak bersahabat, ,sudah biasa
Dengan naik kereta ekonomi, kami harus menerima segala risikonya, salah satunya bila AC kereta mati, kedinginan karena suhunya tidak di atur, ataupun mengalami kerusakan sehingga airnya menetes. Kendala itu membuat anggota komunitas berfikir kreatif. Perlengkapan naik gunung diaplikasikan untuk setiap perjalanan pulang. Jaket tebal, penutup muka, bantal tiup, matras, bahkan tempat tidur kepompong menjadi bawaan wajib setiap perjalanan.

5. Punya parkir langganan

Mahalnya tarif parkir di stasiun pasar senen ( 1 jam pertama Rp 3.000,- jam selanjutnya Rp 1.000/ jam, bayangkan misalkan bila pulang hari jumat malam jam 21.00 dan harus balik senin jam 02.05 WiB, maka yang harus di bayar pengguna parkir sebesar Rp 57.000,-.). Untuk mengatasinya, biasanya anggota PJKA memilih memarkir di luar stasiun pasar senen dengan tarif Rp 5.000/ hari.

6. Perjalanan Masih berlanjut
Dengan terbatasnya kuota tiket kereta ekonomi, para anggota komunitas akan mengambil tiket apapun dengan satu tujuan, pulang. Misalkan anggota dengan tempat tinggal Solo, dia akan mencari tiket kereta di bawah Rp 120.000 ( Untuk sekali berangkat ) kea rah Semarang ataupun ke Yogyakarta dan harus di sambung lagi dengan naik bus ataupun kereta.


7. Kenyang pengalaman
Saat bertanya ke sesama anggota komunitas, berapa lama mereka pualng ke kampong halaman setiap minggu? Dengan bercanda mereka akan menyebut, 5-8 tahun, bahkan lebih sehingga tak jarang para anggota komunitas mengenal pegawai PT KAI di kereta. Rata-rata kereta yang mereka tumpangi sama setiap perjalanan, tetapi mereka akan menyesuaikan lagi saat PT KAI melakukan perubahan jadwal.

Masih banyak cerita ataupun curhatan yang lain. Bukan untuk mengeluh, tetapi rasa bersyukur karena pemerintah lewat PT KAI masih menyediakan kereta dengan tariff yang masih terjangkau sehingga kami, para anggota komunitas bisa pulang setiap minggunya.bayangkan bila harus naik peswat, berapa uang yang harus kami keluarkan. Atau,bayangkan kalau kami harus naik bus, berapa lama waktu tempuh yang harus kami lalui di tengah kemacetan. Maka, terimalah ucapan terima kasih dari kami,komunitas PJKA