Mungkin orang-orang akan mencela,itu hanya semangkuk mi,yang
di buat oleh orang pemalas yang maunya hanya instan-instan saja. atau seorang
ahli gizi akan menganalisis bahwa mengkonsumsi mie instan tidak baik untuk
tubug,karena ada campuran lilin dalam kandungan mie,bahn bahan kimia yang
terdapat dalam kandungan bumbu-bumbunya. Dan semua itu adalah BENAR.
Tetapi,memakan mie buat aku,adalah refleksi di masa lalu.
Aku anak ke 4 dari 5 bersaudara, dengan rentan umur yang sangat pendek,kaka
yang kembar 84,ketiga 85,aku 87 adik 91. Bisa di bayangkan riuhnya kami waktu
kanak-kanak,bingungnya orang tua dalam mengatur tingkah laku kami. Dan yang
paling aku ingat, bingungnya orang tua membagi biaya sekolah kami dan pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari.
Mi instan, adalah salah satu solusi praktis yang di ambil
sebagian besar orang Indonesi dan slah satunya keluargaku untuk pemenuhan
mkanan sehari hari. Dengan satu atau dua bungkus mieinstan, ditambah dengan
satu butir telur dan buanyaaaaaaaaaakkkk sayuran ( rumahku daerah Batu, jawa
Timur sehingga sayuran murah meriah ). Jadilah mie instan itu makan paling
enak,istimewa dan yang paling penting kami menyantapnya bersama-sama. Sejenak
melupakan bahwa kami masih harus nunggak SPP 4 bulan,uang buku belum di bayar,
atau sepatu yang butut yang masih harus bertahan sampai tahun ajaran baru.
Saat putra-putrinya telah bertumbuh besar, sebagian
berkeluarga dan semuanya meninggalkan rumah. Kenangan untuk berkumpul dan
menyantap mie buatan mama selalu ada. Tapi kami sadar, beliau tidak sekuat
dulu. Dan sekarang yang kami inginkan, suatu hari (semoga sering,,,,amin) kami
berkumpul semuanya menyantap hidangan yang ada di meja,apapun itu.
Bercerita,berkelakar, mengenang masa lalu sambil tertawa tentang kejahilan
kami.
Untuk mi instan ini, biarlah dia aku nikmati sendiri sambil
aku mengingat-ingat kenangan kami dulu