Senin, 09 Februari 2015

Cerita Semangkuk Mie



Mungkin orang-orang akan mencela,itu hanya semangkuk mi,yang di buat oleh orang pemalas yang maunya hanya instan-instan saja. atau seorang ahli gizi akan menganalisis bahwa mengkonsumsi mie instan tidak baik untuk tubug,karena ada campuran lilin dalam kandungan mie,bahn bahan kimia yang terdapat dalam kandungan bumbu-bumbunya. Dan semua itu adalah BENAR.
Tetapi,memakan mie buat aku,adalah refleksi di masa lalu. Aku anak ke 4 dari 5 bersaudara, dengan rentan umur yang sangat pendek,kaka yang kembar 84,ketiga 85,aku 87 adik 91. Bisa di bayangkan riuhnya kami waktu kanak-kanak,bingungnya orang tua dalam mengatur tingkah laku kami. Dan yang paling aku ingat, bingungnya orang tua membagi biaya sekolah kami dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Mi instan, adalah salah satu solusi praktis yang di ambil sebagian besar orang Indonesi dan slah satunya keluargaku untuk pemenuhan mkanan sehari hari. Dengan satu atau dua bungkus mieinstan, ditambah dengan satu butir telur dan buanyaaaaaaaaaakkkk sayuran ( rumahku daerah Batu, jawa Timur sehingga sayuran murah meriah ). Jadilah mie instan itu makan paling enak,istimewa dan yang paling penting kami menyantapnya bersama-sama. Sejenak melupakan bahwa kami masih harus nunggak SPP 4 bulan,uang buku belum di bayar, atau sepatu yang butut yang masih harus bertahan sampai tahun ajaran baru.
Saat putra-putrinya telah bertumbuh besar, sebagian berkeluarga dan semuanya meninggalkan rumah. Kenangan untuk berkumpul dan menyantap mie buatan mama selalu ada. Tapi kami sadar, beliau tidak sekuat dulu. Dan sekarang yang kami inginkan, suatu hari (semoga sering,,,,amin) kami berkumpul semuanya menyantap hidangan yang ada di meja,apapun itu. Bercerita,berkelakar, mengenang masa lalu sambil tertawa tentang kejahilan kami.
Untuk mi instan ini, biarlah dia aku nikmati sendiri sambil aku mengingat-ingat kenangan kami dulu