Selasa, 31 Oktober 2017

Pagi, 31 Oktober 2017

 Pagi hari, jembatan IR.Soekarno di Kota Manado. Kiri laut, Kanan rumah dan gunung, depan jalan yang lebar dan lapang.

Nikmatnya













Senin, 16 Oktober 2017

Pelajaran Bersyukur dari Seorang Penjual Nasi

Saya adalah orang yang pemilih dalam hal makanan. Pedas, terong, terlalu banyak micin, dan lain-lain adalah hal-hal yang hampir selalu saya hindari. Sehingga bila menemukan penjual makanan yang cocok di lidah akan sering memesan makanan di penjual itu. Seperti saat saya berada di Manado, butuh waktu hampir dua bulan untuk menemukan penjual nasi yang cocok dengan lidah saya. Kebetulan abangnya berasal dari Jawa Tengah, sehingga kami sering bercakap-cakap memakai bahasa Jawa.
Suatu pagi, saat saya memesan makanan, saya terheran-heran saat melihat menu yang tersaji. Kok tahu bacemnya besar banget ya, lebih besar dari biasanya. Iseng saya tanya ke abang yang jualan,

“Bang, tahu bacemnya kok gede banget?” tanya saya.

“Iya mas, mulai hari ini tahu bacemnya segede itu. Saya lelah hampir tiap hari diprotes orang yang beli di sini. Kok tahu bacemnya kecil banget, beda sama tahu goreng. Terus kok harga tahu bacem sama tahu goreng sama, mau cari untung yang gede ya?"

"Padahal kan mas, cara mengolah dengan cara di bacem beda dengan tahu goreng. Tahu goreng gampang, tinggal cemplungin (masukin) adonan tepung, goreng, jadi deh. Lha kalau di bacem, masih harus meracik bumbu, masaknya lama karena semakin lama dimasak semakin enak, masak kan butuh kompor, gasnya kan juga boros. Tapi biarlah, yang penting saat ini saya untung sedikit dan pelanggan nggak mengeluh,” jawab abangnya tanpa ada jeda menarik nafas.


Saya terhenyak, kata-kata abang penjual nasi  sama seperti batin saya, saya ingin beli makanan selengkap mungkin tetapi dengan membayar sedikit mungkin. Mata akan berbinar bila si abang berbaik hati memberi bonus remahan tempe. Atau kadang kita berharap si abang salah dalam memberi kembalian uang kita. Ahhhh, sifat manusia.
Kemudian saya melihat menu-menu yang lain. Saya baru menyadari bahwa ukuran lauknya yang lain juga besar-besar bila dibandingkan dengan warung makan lainnya yang sejenis. Dalam menciduk nasinya pun nggak karuan, bahkan saya dan teman bila memesan nasi meminta hanya setengah saja, kalau boleh seperempat kami akan minta seperempat. Dalam pelabelan harga pun lebih murah dari yang lain. Saya sempat berfikir, ini abang bekerja cari uang atau pingin olahraga?
Kita sering mengeluh akan hidup ini. Kurang ini, kurang itu, senang lihat orang susah, susah lihat orang senang, kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit atau apa pun jargon yang kita kemukakan. Abang penjual nasi tadi memberi kita pelajaran, dengarkan orang bicara, tanggapi semampunya, adaptasi dengan perubahan, aplikasikan tanpa mengeluh apa kesusahan yang sedang kita lalui sembari berdoa dan Tuhan akan memberi jalan rezeki dengan jalan yang tidak terduga.

Artikel ini terlebih dahulu di muat di http://www.hipwee.com/opini/pelajaran-bersyukur-dari-seorang-penjual-nasi/

Rabu, 04 Oktober 2017

Batikmu Cerminan Cintamu Pada Bangsamu

Tanggal 2 Oktober diperingati sebagai hari batik nasional yang merupakan salah satu warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi yang ditetapkan oleh UNESCO. Instansi pemerintah maupun swasta menghimbau kepada pegawainya untuk mengenakan batik sebagai wujud kecintaan akan salah satu budaya nasional yang diakui dunia. Salah satunya kantor tempat saya bekerja. Pakaian kerja instansi saya yang seharusnya setiap senin memakai kemeja putih di padu celana gelap khusus di tanggal 2 Oktober memakai kemeja bermotif batik.
Beberapa tempat makan dan pusat-pusat perbelanjaan mengadakan diskon khusus bagi pelanggan yang mengenakan pakaian bermotif batik di hari batik nasional. Dan saya bersama sama rekan-rekan memanfaatkan moment tersebut. Makan siang di mal, demi mendapat diskon ( maklum, anak kos yang jauh dari kampung halaman).
Beberapa WNI yang tinggal diluar negeri tidak mau kalah untuk memperingati hari batik nasional. Mereka mengadakan acara disebuah taman, dimana mereka membawa kain atau pakaian jadi dengan bahan batik untuk diuji cobakan kepada warga setempat dan meminta pendapatnya. Sebagian besar mengapresiasi bahkan terbelalak saat mengetahui batik tersebut ditulis menggunakan tangan, bukan dicetak dengan mesin.
Selama ini banyak orang yang tidak tahu batik yang dikenakan filosofinya seperti apa, dari mana asal batiknya, batik cap atau tulis, bahkan kain batik yang kita kenakan merupakan kain impor atau produk lokal. Sebagian besar kita dalam membeli pakaian batik hanya melihat warna, model dan harga. Beberapa produsen pakaian jadi juga mengimpor kain batik untuk diproduksi, dengan alasan efisiensi biaya produksi. Kalau impor, efeknya buat produsen kain batik lokal tidak ada, bahkan dicap mahal dan dikhawatirkan gulung tikar. Padahal bila kita mencoba sendiri melukis batik, tidak terbayang betapa sulitnya walau hanya membuat satu model saja.
Sangat diharapkan pemerintah membantu produsen batik untuk kelangsungan usahanya. Langkah awal sudah benar, memperkenalkan batik kepada dunia. Langkah berikutnya lebih berat. Menjaga agar produsen batik tetap “hidup” dengan kebijakan-kebijakan strategis dari pemerintah. Bantuan modal, pemenuhan bahan baku, membuka pangsa pasar, pengolahan limbah industri batik merupakan sebagian kendala yang membutuhkan uluran tangan pemerintah.
Bolehlah saat ini tujuan kita tahun ini ialah memperingati hari batik nasional dengan menggunakan baju batik. Tahun depan dan tahun tahun berikutnya, tujuannya ialah melestarikan batik yang diproduksi di dalam negeri dengan proses pembuatan batik merujuk pada kearifan lokal. Jujur saja, batik tulis milik saya bisa dihitung dengan jari tangan (kanan saja) di antara setumpuk batik yang saya punya. Saya gunakan untuk acara “super resmi”, dan itu membuat saya bangga, apalagi bila ada rekan yang bertanya tentang asal-usul batik yang saya kenakan dan saya dengan semangat menceritakan dimana saya mendapat kainnya, bagaimana proses jahitnya, berapa harganya,dll. Itu kebanggaan saya, bagaimana dengan kamu?

Artikel ini terlebih dahulu dimuat di http://www.hipwee.com/opini/batikmu-cerminan-cintamu-pada-bangsamu/

link gambar
http://www.markijar.com/2015/10/sejarah-hari-batik-nasional-lengkap.html
https://indopremier.wordpress.com/2012/10/02/selamat-hari-batik-nasional/