Selasa, 29 November 2016

Ketika Bermain Tidak Ada Batasan

Koleksi bagi sebuah pria adalah surga, lebih lebih bila seorang pria itu sudah menikah. Koleksi Gundam, action figure, diecast atau apapun nama dan jenisnya itu. Harga sebuah mainan itu nomor sekian, kepuasanlah yang dicari. Bertengkar, saling sikut, menawar, mencari sampai ke ujung dunia pun akan di jalani, demi..........................



Rabu, 20 Juli 2016

Pengalaman Pertama ke Planetarium Jakarta



Saya datang ke planetarium jakarta  tanggal 17 Juli 2016 pukul 09.00 WIB. datang, cari parkiran, langsung masuk ke gedung untuk antri tiket. Pola antrian cukup baik, yaitu disediakan tempat duduk di saat menunggu loket di buka. Pertunjukan I dimulai pukul 10.00 WIB.
Ada kejadian menegangkan dalam pengalaman saya yang pertama ini. Saat lampu dimatikan dan pertunjukan di mulai, ada bau yang menyebar, bau seperti kabel terbakar. Ah dalam pikiran saya apa ini memang di sengaja, agar kita merasakan polusi, sehingga lebih mencintai dan merawat bumi. Ketenangan saya berubah menjadi kepanikan saat banyak petugas berlari dengan menyalakan lampu senter mencari sumber bau. Kurang lebih setengah jam kendala tersebut baru teratasi.
Pertunjukan di mulai. Penjelasan tentang rasi bintang, galaksi, planet dan lain lain tersaji secara visual dan audio. kita diberi gambaran suasana malam hari di tanggal itu bila seandainya tidak ada polusi, baik polusi cahaya atau polusi yang lain. Ada satu sesi di mana seolah olah kita sedang naik pesawat luar angkasa dan mengunjungi planet satu persatu. Saya sedikit iri dengan generasi sekarang. Saya dulu waktu SD ( 1993-1999 ) hanya belajar tata surya dari buku, sedang sekarang banyak sekali media pembelajaran, salah satunya dengan adanya Planetarium ini.
Tentunya wahana wisata pendidikan ini tidak lepas dari kekurangan. Pertama, sistem tiket harusnya di beri nomor tempat duduk, sehingga pengunjung tidak berebut saat masuk ruang pertunjukan. Dengan adanya sistem penomoran tempat duduk, pengunjung yang berkelompok  tidak terpisah satu sama lain bila datang belakangan. Konsep bioskop perlu di contoh demi kenyamanan pengunjung. kedua, kursi duduk yang sangat nyaman. Hal ini dikarenakan kita menghadap atap ( atap menjadi layar ), sehingga pengunjung menjurus ke posisi tidur agar bisa melihat semua layar, sehingga berpotensi mengganggu pengunjung di belakangnya.
Edukasi kepada pengunjung harusnya lebih intens. Edukasi terkait 2 hal. Pertama edukasi terkait kebisingan dan kedua terkait alat-alat yang mengeluarkan cahaya ( HP atau kamera ).  Saya jadi berfikir, ini adalah contoh kecil kita penduduk bumi tentang tidak mematuhi aturan yang baik untuk kepentingan diri sendiri.
 Diakhir sesi, sambil berjalan ke parkiran, saya menyempatkan berfoto dengan background rasi bintang kelahiran saya.

alamat email : planetarium.jakarta.go.id 
Harga Tiket masuk dewasa : Rp 7.000,- 
lama pertunjukan : kurang lebih satu jam

Senin, 07 Maret 2016

Surat Cinta untuk PT KAI dari PJKA

Ini bukan membahas menjadi pegawai PT KAI yang kesejahteraannya semakin membaik. Surat cinta ini membahas tentang orang-orang yang setiap hari jumat, pulang dari Jakarta menuju kampung halamannya, rata rata Jawa tengah dan Yogyakarta dan harus kembali ke Jakarta pada minggu sore. Orang-orang ini merasa senasib, seperjuangan dan sepenanggungan pada akhirnya membentuk komunitas, dengan nama yang umum ialah PJKA ( Pulang JUmat Kembali Ahad ). Beberapa pengalaman ataupun curhatan anggota komunitas diantaranya : 
1. Selalu pesan tiket untuk 3 bulan yang akan datang





Kebijakan PT KAI untuk menjual tiket online 90 hari sebelum hari keberangkatan,    selalu di tunggu tunggu komunitas PJKA. Misalkan, tanggal keberangkatan 13 mei 2016 hari jumat, maka harus membeli di tanggal 13 Februari 2016 hari sabtu. Bayangkan, dengan kondisi internet HP yang tidak stabil karena berada di dalam kereta untuk perjalanan pulang harus berebut tiket online dengan banyak penumpang. Lengah sedikit, pukul 6pagi sudah kehabisan tiket untuk kereta api ekonomi. Apalagi tujuan Yogyakarta dan Jawa Tengah merupakan salah satu tujuan wisata, sehingga kami tidak hanya berebut dengan sesame anggota komunitas tetapi dengan para pelancong. Untuk beberapa orang, meminta orang lain untuk membeli tiket menjadi solusi alternatif agar tidak perlu repot repot memesan tiket. Dengan tambahan Rp 25,000, - untuk sekali PP perjalanan, di luar harga tiket.


 










2. Menunggu gogrokan ( Rontokan )
Ada kalanya para komunitas tidak bisa pulang di waktu waktu tertentu. Bila mereka membatalkan ke PT KAI, maka akan di potong 25% dan uang akan kembali satu bulan kemudian. Daripada uang hilang dan dikembalikan membutuhkan waktu, biasanya para anggpta akan menyebarkan informasi via jejaring sosial ke sesama komunitas untuk menjual tiketnya. Biasanya dijual seharga tiket, di tambah di pinjamkan KTP pemilik tiket, sebagai syarat kelengkapan pemeriksaan. Adakalanya lolos dari pemeriksaan, ada kalanya tidak lolos. Bila lolos akan bertemu keluarga, bila tidak lolos akan hangus uang yang dibayarkan.



3. Ga peduli nomor duduk di mana yang penting bisa tidur


Naik kereta ekonomi dengan sesama anggota PJKA butuh perjuangan. Dari peron,mata mata menngantuk banyak kita jumpai. Saat kereta mendekat mereka berebut. Orang biasa akan bertanya,ngapain berebut, toh udah ada nomor tempat duduk. Jangan salah, mereka berebut lantai, untuk tempat tidur. Biasanya akan di tandai dengan adanya Koran di tempat tempat tertentu. Ada juga yang tidur di kolong kursi, dengan risiko akan terantuk bagian bawah kursi yang terbuat dari besi. Mohon di maklumi saja, untuk orang biasa mungkin duduk di kereta selama 8,5-10 jam bukanlah masalah. Sedangkan kami, yang harus menempuh waktu perjalanan itu setiap minggu dengan rentang waktu yang lama, tentunya akan menguras energy. Harapan kami dengan tidur di kereta, akan banyak waktu yang kami gunakan untuk bertatap muka dengan keluarga.

4. AC yang tidak bersahabat, ,sudah biasa
Dengan naik kereta ekonomi, kami harus menerima segala risikonya, salah satunya bila AC kereta mati, kedinginan karena suhunya tidak di atur, ataupun mengalami kerusakan sehingga airnya menetes. Kendala itu membuat anggota komunitas berfikir kreatif. Perlengkapan naik gunung diaplikasikan untuk setiap perjalanan pulang. Jaket tebal, penutup muka, bantal tiup, matras, bahkan tempat tidur kepompong menjadi bawaan wajib setiap perjalanan.

5. Punya parkir langganan

Mahalnya tarif parkir di stasiun pasar senen ( 1 jam pertama Rp 3.000,- jam selanjutnya Rp 1.000/ jam, bayangkan misalkan bila pulang hari jumat malam jam 21.00 dan harus balik senin jam 02.05 WiB, maka yang harus di bayar pengguna parkir sebesar Rp 57.000,-.). Untuk mengatasinya, biasanya anggota PJKA memilih memarkir di luar stasiun pasar senen dengan tarif Rp 5.000/ hari.

6. Perjalanan Masih berlanjut
Dengan terbatasnya kuota tiket kereta ekonomi, para anggota komunitas akan mengambil tiket apapun dengan satu tujuan, pulang. Misalkan anggota dengan tempat tinggal Solo, dia akan mencari tiket kereta di bawah Rp 120.000 ( Untuk sekali berangkat ) kea rah Semarang ataupun ke Yogyakarta dan harus di sambung lagi dengan naik bus ataupun kereta.


7. Kenyang pengalaman
Saat bertanya ke sesama anggota komunitas, berapa lama mereka pualng ke kampong halaman setiap minggu? Dengan bercanda mereka akan menyebut, 5-8 tahun, bahkan lebih sehingga tak jarang para anggota komunitas mengenal pegawai PT KAI di kereta. Rata-rata kereta yang mereka tumpangi sama setiap perjalanan, tetapi mereka akan menyesuaikan lagi saat PT KAI melakukan perubahan jadwal.

Masih banyak cerita ataupun curhatan yang lain. Bukan untuk mengeluh, tetapi rasa bersyukur karena pemerintah lewat PT KAI masih menyediakan kereta dengan tariff yang masih terjangkau sehingga kami, para anggota komunitas bisa pulang setiap minggunya.bayangkan bila harus naik peswat, berapa uang yang harus kami keluarkan. Atau,bayangkan kalau kami harus naik bus, berapa lama waktu tempuh yang harus kami lalui di tengah kemacetan. Maka, terimalah ucapan terima kasih dari kami,komunitas PJKA