Pemberitaan tentang jenis hewan yang disembelih dan diperjual belikan
di Pasar Tomohon sering kita dengar dan membuat bergidik, tak
terkecuali dengan saya. Sehingga suatu hari di pertengahan Agustus
2017, saat perjalanan pulang dari Tondano menuju Manado, seorang teman
mengajak melewati Kota Tomohon dan mampir ke pasar beriman Tomohon, saya
langsung mengiyakan walaupun dengan bayangan ketakutan.
Kami
datang di siang hari. Setelah memarkir motor, kami langsung memulai
petualangan. Pemandangan pertama di pinggir jalan ialah dijualnya anjing
dengan warna hitam yang sudah di sembelih. Anjing itu masih berbentuk,
artinya belum dipotong dan dikelompokkan per bagian. Pemandangan
selanjutnya ialah babi yang sudah dipotong dan dipisah perbagian. Di
salah satu ujung jalan ada orang yang berjualan kelelawar. Kami
mengitari pinggiran pasar dan pemandangan hewan-hewan itulah yang dijual
di samping kebutuhan pokok seperti pasar-pasar lainnya.
Pasti
pembaca bertanya, mana sadisnya, mana ularnya, mana tikusnya seperti
yang diberitakan dan diceritakan oleh penulis-penulis yang lain? Bahkan
dari mereka ada yang bercerita sampai muntah-muntah saat di pasar
Tomohon. Jawabannya ialah karena kami hanya berjalan di pinggir pasar,
tanpa mendekat dan berinteraksi dengan penjual dan tanpa masuk ke dalam
pasar. Kebetulan kami seorang Muslim, jadi takut terkena cipratan darah
hewan tersebut yang dikhawatirkan pakaian kami menjadi najis. Karena
tidak berinteraksi dengan siapapun, tidak banyak info ataupun foto yang
kami dapatkan.
Kami di pasar tidak sampai 5 menit,
karena ada satu kejadian. Saat berjalan-jalan, kami dihampiri dua ekor
anjing dari arah yang berlawanan. Secara refleks, teman saya berbelok ke
kiri ke arah parkiran. Sial bagi saya, saya berbelok ke arah kanan di
mana ada seorang penjual kebutuhan pokok yang memelihara seekor anjing
di kiosnya. Saya hanya berharap dua ekor anjing tadi tidak belok ke arah
saya, dan anjing pemilik kios tidak bangun dan berjalan-jalan di
sekitar saya. Dan doa saya terkabul, dua ekor anjing itu berjalan ke
arah yang lain dan saya beserta teman bergegas menuju motor untuk
meninggalkan pasar beriman Tomohon.
Kami ke sana hanya karena penasaran, dan setidaknya saat di tanya orang sudah pernah ke Pasar Tomohon, kami bisa jawab "SUDAH".
artikel ini di muat terlebih dahulu di http://www.hipwee.com/opini/berkunjung-ke-pasar-tradisional-tomohon-antara-penasaran-dan-bayangan-kengerian/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar